Assalamu'alaikum wr.wb.
Have a simple story, it's just to have fun :). Happy Reading !
Long Distance
“Teng…teng…teng…!”, bunyi bel
berakhirnya jam pelajaran hari ini. Waktunya ishoma bagi para siswa sebelum
selanjutnya mengikuti kegiatan organisasi di sekolah.Siang yang cerah ini, sepertinya
ada sesuatu yang berbeda.Apa ya...Rista masih melakukan aktivitasnya seperti
biasa, mengabsen anggota PMR. Tapi, hari ini sekolah kelihatannya lebih ramai.
Ya, hari ini kan ada kegiatan Try Out Ujian Nasional bagi kelas XII.
“Kelas
kita lagi dipake TO untuk kelas XII ya, Ta?.”, tanya Nisa.
“Iya
Nis…emang ada apa?.”, jawab Rista.
“Ya
nggak kok, cuma pengen nanya doang, berarti mereka pulang ya bareng kita nih.”,
sahut Nisa pada Rista.
“Bilang
aja seneng, nanti pulang bareng kakak, iya kan?.”, kata Rista sambil melihat
absen.
“
Hehe…iya sih.”, ujar Nisa.
“Oh
ya Nis temenin aku ke UKS dong, aku mau nyimpen absen nih.”, pinta Rista pada
Nisa.
“Oke
deh, ayo.”, Nisa menuruti ajakan temannya itu.
Setelah memastikan semua anggota sudah
diabsent, Rista menuju ruang UKS.Tapi, melewati sekumpulan senior membuatnya
merasacanggung.Ia berniat untuk berjalan cepat-cepat saja.
“Rista, Rista, kesini dek…Rista aja, ayo
cepetan!.”, seru Mbak Neneng senior Rista.
“Aduh, mbak Neneng
manggil lagi, padahal barusan aja mau lari. Ada kumpulan senior ststtttttttt……yang
kayak gitu deh.”, bisik Rista dalam hati.
“Bye-bye
Rista sayang, aku duluan ya.”, bisik Nisa.
“Iya
mbak,” sapa Rista, “ada apa ya mbak?.”, tanya Rista pada
mbak Neneng.
“Lagi
latihan organisasi kan?.”, tanya mbak Neneng.
“Iya
mbak.”, jawab Rista
“Dek,
ini gimana sih, kok ada organisasi lain yang ikut latihan di tempat kita?.”, mbak
Vera mulai bicara.
Mbak
Vera adalah senior Rista di organisasi.Orangnya agak cerewet gitu.Tapi sebenarnya
baik kok.
“Mereka
memang lagi ada acara diluar masjid mbak.”, Rista mencoba memberikan alasan.
“Oh
gitu…tapi jangan nganggu yang lain latihan dong, kan mereka bisa menggangu
organisasi lain.”, seru mbak Vera.
“Ntar
dikasih tau ya dek.”,ujar mbak Neneng lagi.
“Iya
mbak.”, jawab Rista.
Sebenarnya
mbak-mbak senior itu pada baik-baik sih.Mereka cuma mau ngajak Rista ngobrol,
sambil dijahilin gitu.Soalnya Rista memang anak yang agak lugu, tapi cukup
aktif di organisasi.Rista paling takut kalau sampai kena marah senior.
“Tapi
kan seharusnya mereka udah tau.”, mbak Vera menambahkan.
“Iya
bener itu dek.”, mbak Virsa teman mbak Vera juga bicara.
“Yang
lain kok nggak ingetin juga sih?.”, ujar mbak Vera lagi,“Kan setiap organisasi
punya tempat sendiri-sendiri.”.
“Betul,
betul, betul.”, mbak Neneng bicara.
Dan…..banyak
banget yang diomongi.Apalagi mbak Neneng, ngomongnya sambil pake ekspresi baca
puisi.Menghayati banget. Ya, mbak Neneng memang pinter baca puisi dan sering
memenangkan berbagai lomba. Tapi, karena ekspresi yang menurut Rista agak
menakutkan itu, Rista jadi mundur-mundur kebelakang deh, menghindari mbak
Neneng yang semakin maju kedepan. Aduh, kayak apa aja.
“Udah,
jangan ganggu adek itu kenapa?.”, seru sesorang yang berasal dari dalam kelas.
“Ada
suara, dari mana?, menoleh kedalam kelas dan nggak ada siapa-siapa. Cuma ada….ah,
kakak itu, serius dia yang ngomong?.”, tanya Rista dalam hati.
Gawatnya
mbak Neneng kayaknya masih mau meneruskan puisinya. Mbak yang lain kayaknya
tenang-tenang aja. Apalagi setelah mendengar suara Kak Awan yang menyejukan
hati.
“Udah,
biarin adek itu pergi, jangan diganggu.”, ujar Kak Awan.
Mbak
Neneng tersayang mungkin denger, tapi seperti ia tidak menghiraukannya.
“Udah
cukup, dibilangi jangan diganggu.”, ujar Kak Awan lagi.
“Ciye,
Awan belain adek Rista tuh.”, mbak Virsa bicara sambil senyum-senyum.
“Wah,
Awan.”,seru mbak Vera.
“Adek
Rista dibelain Awan, so sweet-nya.”,mbak Neneng menambahkan.
“It’s
real…?.”, tanya Rista dalam hati.
Kak
Awan beranjak dari tempat duduknya.Berdiri dibelakang Rista.Membentangkan
tangannya untuk menghalangi mbak Neneng yang terus maju patang mundur dengan
semangat 45-nya membaca puisi nasihatnya.
“Ahh,
rasanya seneng banget. Jujur binggung harus seperti apa nih.”, kata Rista dalam
hati.
Akhirnya
hanya senyum yang tersimpan dibalik absen yang muncul.Rasanya seneng banget.
“Mau
jalan kan tadi?, lanjuti aja.”, kata Kak
Awan.
“Iya,
permisi ya mbak, kak.”, Rista menjawab.
Untuk
sesaat rasanya Rista tak percaya dan masih binggung dengan kejadian tadi.
Selama ini ia memang mengangumi sosok Kak Awan. Kak Awan adalah senior Rohis
dan juga Ketua Ikatan Remaja Muslim di kota Palembang. Beberapa teman-teman cewek
Rista juga sudah tau kalau Rista menggangumi Kak Awan, bahkan kalau Kak Awan
lewat di depan kelas, jalan ke kantin, ke kantor, temen-temen sering memanggil
Rista dan menarik Rista keluar untuk melihatnya.
Pernah
suatu hari, Kak Awan lagi di perpustakaan.Elda bela-belain ngajak Rista ke
perpus juga. Kebetulan, Rista memang mau mengembalikan buku yang ia pinjam. Tapi,karena mungkin itu buku udah lama banget nggak
dikembalikan, akhirnya kena denda deh.
“Aduh
lupa bawa uang, ya harus kekelas lagi nih
ambil uangnya.”, bisik Rista dalam hati.
“Elda
kekelas lagi ya, lupa bawa uang nih.”, ujar Rista pada Elda.
“Aduh,
iya deh aku juga nggak bawa uang, kenapa tadi nggak bawa uang ya.”, kata Elda.
Tapi
setelah mengambil uang, dan kembali ke perpus Kak Awan pun sudah kembali ke
kelasnya.
“Ah,
udah pulang Ta,”ujar Elda, “telat!.”
“Ya
udah, tunggu bentar ya aku bayar denda dulu.”,jawab Rista dengan ekspresi
datar.
Rista
mengambil napas panjang.Dan mereka kembali ke kelas.Sebenarnya Rista cukup
sering berkomunikasi dengan Kak Awan via facebook.Namun, hanya sebatas
menanyakan perihal sekolah.Oleh karena kejadian itu, Rista jadi semakin
mengangumi sosok Kak Awan. Kakak yang manis dan pendiam itu. Secara tidak
langsung Rista berterimah kasih nih sama mbak-mbak senior yang telah
memanggilnya dan sedikit jahil waktu itu.
Mendekati Ujian Nasional, Kak Awan
jarang terlihat ada diluar kelas. Ia mungkin harus fokus menghadapi ujian.
Begitu pula dengan kelas XI, mereka juga harus mempersiapkan diri untuk ujian
kenaikkan kelas.
Setelah ujian nasional, kelas XII
sudah tidak sekolah lagi.Itu berarti Rista sangat jarang melihat Kak Awan
apalagi berkomunikasi dengannya.
---
Hari
perpisahan seakan menjadi permulaan cerita. Awalnya Rista harus dipaksa sama
teman-teman untuk mau foto bareng sama Kak Awan. Walaupun malu-malu, tapi seneng
deh akhirnya bisa foto sama Kak Awan.
“Ayo cepetan, itu
Kak Awannya!.”, seru Nisa.
“Nggak mau ah,
malu, nggak jadi aja deh.”, Rista berkata.
“Aduh, nanti kan
jarang ketemu, jadi ayo.”, Nisa mencoba memaksa Rista.
“Aww…. sakit tau,
jangan ditarik-tarik!.”, ujar Rista sambil mengusap tangannya yang tadinya
dipegang erat oleh Nisa.
“Supaya nggak
kabur kamunya.”, Nisa menambahkan.
Nisa,
Elda, Dina, Suci, Tika, Zani, Leha berhasil membuat Rista mau foto bareng. Di
depan sang kakak, mereka bilang mau foto rame-rame. Ternyata mereka kabur, dan
membiarkan Rista dan Kak Awan saja yang di foto. Oh…teman-teman.
“Nah, fotonya
bagus nih.”, kata Leha.
“Iya dong, siapa
dulu fotografernya, Leha.”, ujar Zani.
“Hehehe…syukron.”,
sahut Leha pada Zani.
Saat
itulah, Kak Awan mengobrol dengan Rista.
Ia bahkan meminta nomor telpon Rista. Awalnya dari komunikasi via facebook,
sekarang udah lebih simple yakni via handphone.Rista dan Kak Awan jadi sering
berkirim pesan singkat. Mulai dari membicarakan soal rencana Kak Awan yang akan
meneruskan kuliahnya, hobi, dan olahraga. Ternyata mereka sama-sama suka
olahraga basket loh.Rista sendiri memang sering melihat Kak Awan main basket.
Wajar saja, kelasnya kan di depan lapangan basket.Ketauan deh, kalau sering
jadi secret admirer (pengagum rahasia).
Hari
ulang tahun Rista dan Kak Awan cuma beda 3 hari. Tapi, Rista lupa kapan
tepatnya Kak Awan ulang tahun. Kalau nggak dikasih tau sama Elda, Rista nggak
inget tuh. Akhirnya, Rista baru mengirimkan ucapan selamat ulang tahun pada
esok harinya.Kak Awan pun baru membalas pesan Rista ketika hari ulang tahun
Rista.
---
Tahun ajaran baru nih, Rista sekarang
kelas XII, dan Kak Awan melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia.Alhamdulilah, Rista juga turut senang. Berarti Kak Awan akan tinggal
di Jakarta, dan…yup, lumayan jauh ya?.Mereka terpisah jarak antara Palembang-Jakarta,
dan mungkin nggak akan ketemu deh. Tapi, itu kan demi pendidikan. Rista juga
harus konsen belajar nih, supaya ujian nasional lancar dan bisa lulus di
perguruan tinggi yang diinginkan,amin.
Sesekali Kak Awan mengirimkan pesan,
menanyakan kabar dan sekolah, Rista juga demikian.Mereka berkomunikasi hanya
lewat telpon.Selama hampir satu tahun mereka nggak pernah ketemu. Tahun pertama
ia kuliah, Kak Awan jarang pulang ke Palembang. Pernah sih pas Idul Fitri, tapi
hanya 3 hari.Rista sendiri mudik ke Belitung bersama keluarganya satu minggu.
Tapi, tetep bisa lihat Kak Awan kok,kanada video call. Kelihatan Kak Awan
tambah kurus, tapi tetap manishehehe.
---
Setelah menempuh ujian nasional, ada
banyak waktu luang.Namun, harus digunakan se-efektif mungkin untuk bimbel sebagai
persiapan untuk ikut ujian tertulis masuk perguruan tinggi. Awalnya mau ikut
program bimbel di Jakarta, tapi ibu bilang di Palembang juga bagus. Jadi, Rista
batal bimbel di Jakarta.Rista sibuk bimbel, Kak Awan juga sibuk ujian
semester.Jadi, jarang banget komunikasi akhir-akhir ini.
Satu bulan kedepan adalah pengumuman
masuk perguruan tinggi jalur undangan.Deg-deg-an banget.Semoga Rista bisa lulus
Ya Allah.Alhamdulilah, Allah mengabulkan doa-doa Rista.Rista lulus Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.Rista bersyukur sekali, karena dari
kecil Rista memang pengen banget kuliah di Unpad seperti ayahnya.
Kuliah di Bandung berarti jaraknya
nggak terlalu jauh dengan Jakarta.Paling tidak bisa ketemuan di Bandung untuk
beli buku bareng.Aduh, ngarep sekali.Kak Awan juga senang, mendengar kabar
bahwa Rista lulus.Ia langsung menelpon Rista malam itu juga.
“Kring…kring…kring!.”,
bunyi telpon Rista.
“Assalamu’alaikum.”, Rista menjawab
telpon.
“Walaikumsalam
dek, selamat ya udah lulus, semoga nanti jadi dokter yang baik ya.”, ujar Kak
Awan.
“Syukron
kak, iya amin. Mohon doanya ya kak.”, kata Rista.
---
Minggu
depan, Rista sudah harus siap-siap berangkat ke Bandung. Ditemanin keluarganya,
Rista ke Bandung untuk mengurusi keperluannya selama kuliah.Termasuk mencari
kosan yang aman dan deket dari kampus.Tapi, sebelum ke Bandung, Rista mampir
dulu ke Jakarta tempat budenya.Sekalian kalau ada waktu Kak Awan juga bisa
bersilaturahmi ke rumah budenya.
Alhamdulilah,
Kak Awan bisa meluangkan waktunya bersilahturahmi ke rumah bude. Sekalian
ketemu ayah sama ibu Rista. Walaupun sebentar, tapi berkesan sekali.Maklum,
sudah hampir satu tahun sejak Kak Awan kuliah di Jakarta, mereka tidak pernah
ketemu.
“Kangen banget.”, guman Rista dalam
hati.
Makan bubur ayam di deket rumah bude,
rasanya enak banget. Udah lama nggak makan bubur ayam sama kak Awan. Terakhir
sebelum kak Awan pergi ke Jakarta.
“Enak nggak buburnya kak?.”, tanya
Rista.
“Subhanallah, ini lebih dari enak.”,
jawab kak Awan.
Setelah
mampir ke Jakarta, Rista ke Bandung.Alhamdulilah,sudah dapet kosan yang
insyallah sesuai dengan keinginan.Cerita baru pun dimulai.
---
Menghadapi awal-awal kuliah memang
terasa berat.Tugas yang menumpuk dan juga waktu istirahat terbatas kayaknya
menjadi teman akhir-akhir ini.Sebisa mungkin, Rista mulai cepat beradaptasi
dengan kehidupan barunya.Ibu yang beberapa bulan ini nemenin Rista harus pulang
ke Palembang.
Setelah melewatkan masa-masa awal
kuliah, Rista mulai terbiasa dengan kesibukannya.Namun, perkiraan awalnya bisa
cukup sering ketemu Kak Awan meleset.Mereka sama-sama sibuk. Bahkan, ketika
Rista main ke Jakarta, jalan ke toko buku bareng aja susah banget. Jarak antara
kosan Kak Awan dengan rumah Bude Rista memang jauh.Ditambah macetnya itu loh.
Kak Awan memang sering ke Bandung.Terutama
ketika weekend memang enaknya jalan bareng.Walaupun hanya sekedar makan bubur
ayam, itu sudah cukup.Melepas lelah selama satu minggu kuliah.Tapi, sering kali
Rista dan Kak Awan punya kesibukkan sendiri-sendiri.Jadi, mereka jarang sekali
bertemu.Telpon dan kirim pesan juga jarang apalagi video call.
Suatu hari Kak Awan udah janji mau ke
Bandung.Rencananya ke tokobuku bareng sekalian ketempat Bude Rista yang ada di
Bandung.Hari itu ada acara di rumah bude, tapi keesokan harinya Kak Awan
mengirim pesan.
“Dek maaf ya, kakak nggak bisa ke
Bandung.Besok kakakharus ke rumah dosen, ini mendadak. Salam buat bude di
Bandung ya, tolong sampaikan maaf kakak.”, kata Kak Awan melalui pesan singkat.
Ya, mau gimana lagi.Mendekati ujian skripsi
semua malah tambah sibuk.Jangankan punya waktu bareng, waktu buat diri sendiri
pun harus disita untuk menyelesaikan skripsi.Kak Awan sudah mau
wisuda.Sementara Rista masih sibuk dengan skripsinya. Rencananya tahun depan
bisa menyusul Kak Awan wisuda.
Namun, setelah wisuda Kak Awan kembali
ke Palembang.Ia mendapatkan tawaran pekerjaan disana. Rista sendiri harus
mengikuti koas selama 2-3 tahun kedepan.Hal ini yang membuat mereka sulit untuk
bertemu. Kemudian, jaraknya adalah antara Palembang-Bandung yang lumanyan jauh,
ditambah dengan kesibukan Kak Awan dengan pekerjaannya yang menuntut
profesionalitas dan jam istirahat Rista di rumah sakit yang terbatas. Terkadang
baru terlelap sudah harus bangun lagi ada pasien.
“Dek libur ya besok?, maaf nggak bisa ke Bandung, masih ada
pekerjaan disini. Have fun sama temen ya besok, jangan lupa istirahat, kangen.“,
ujar Kak Awan dalam pesannya.
“Iya kak.”, jawab Rista
“Ah, waktu libur cuma 2 hari dan
nunggunya itu lama banget. Kapan sih ada
waktu bareng, kapan?.”, guman Rista dalam hati.
Akhirnya, waktu libur malah terpakai
buat nangis seharian.Dan akhirnya tertidur pulas melupakan kesibukan di rumah
sakit dan kesepian di dalam hati.
---
Waktu yang begitu berharga tak
disia-siakan oleh Kak Awan.Ia bersama keluarga Rista menghadiri wisuda Rista.
“Alhamdulilah,
selamat ya nak sekarang udah jadi dokter.”, ujar ibu Rista.
“Makasih banyak bu atas doanya, semoga Rista bisa jadi
dokter yang baik, doakan Rista bu.” , kata Rista pada ibunya.
“Ibu
selalu berdoa buat kamu nak, tanpa kamu minta pun.”, kata Ibu Rista.
“Selamat
dek, syukurlah kamu sekarang sudah lulus.”, kata Kak Awan
“Makasih
banyakya kak.”, jawab Rista.
Namun,
suasana bahagia yang terpancar dari setiap keluarga harus terhenti
sementara.Rista memutuskan untuk mengabdikan dirinya ke Papua selama 1
tahun.Sementara Kak Awan mendapatkan beasiswa S2 di University of Melbourne
Australia.Kak Awan memang menginginkan beasiswa tersebut.Namun, harus terpisah
oleh jarak yang jauh lagi membuatnya berpikir dua kali untuk menerima beasiswa
tersebut.
Sementara
itu, Rista binggung harus berbuat apa. Ia binggung apakah ia akan sanggup untuk
berpisah dengan Kak Awan dalam waktu yang cukup lama, lebih dari satu tahun Kak
Awan disana. Waktunya lebih lama daripada ia di Papua.
Sebenarnya
Kak Awan sudah lama mengetahui rencana Rista, ia berusaha mendukungnya tetapi
ia tak tau akan sanggup ataukah tidak menghadapi rasa kangen yang pasti akan
muncul nantinya. Papua bukan seperti jarak Palembang-Jakarta, Jakarta-Bandung,
atau Bandung-Palembang.
Kak
Awan memang berencana akanberkunjung ke Papua ketika libur menjenguk Rista, ataupun
menghalalkan hubungan mereka terlebih dahulu agar ia bisa menemani Rista selama
ia di Papua.Namun, tawaran beasiswa itu seakan menjadi gangguan tersendiri.
Walapun disatu sisi ia juga menginginkannya.
Sementara
itu, Rista menyetujui jika Kak Awan akan melanjutkan kuliahnya di Australia. Ia
berusaha untuk sanggup menerima keadaannya nanti.Tetapi, Kak Awan masih
bimbang.
“Bagaimana
dengan komunikasi kita nantinya?.”, ujar Kak Awan.
“Kita
bisa menggunakan surat untuk sementara waktu kak.”, kata Rista.
“Surat?.”,
Kak Awan bertanya pada Rista dengan wajah binggung.
“Ya,
karena Rista tak tau apakah bisa menelpon, sms, atau bahkan video call disana
kak.”, jawab Rista pada Kak Awan.
“Rista
yakin dengan semua ini?.”, tanya Kak Awan.
“Insyaallah
Rista yakin kak.”, kata Rista mencoba menyakinkan Kak Awan.
“Baiklah
kakak akan menerima beasiswa itu, tapi Rista harus janji untuk selalu menjaga
diri disana selama kakak tidak ada.”, ujar Kak Awan pada Rista.
“Baiklah…Insyaallah
kak.”, Rista setuju.
Akhirnya,
Rista pergi ke Papua bersama rekan-rekannya. Mereka akan berada disana kurang
lebih selama satu tahun.Rista pergi diantar oleh kedua orangtuanya,
keluarganya, teman-temannya, dan juga Kak Awan.
Sementara
itu, keesokan harinya Kak Awan pergi ke Melboure, Australia untuk melanjutkan
kuliahnya.Keduanya sama-sama menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan.Papua
dan Australia.
Di
Australia, kak Awan tentu dengan mudahnya melakukan komunikasi. Memang melakukan
panggilan telepon maupun sms dari Australia ke Indonesia cukup mahal.Tetapi,
dengan menggunakan aplikasi-aplikasi yang sudah banyak terdapat di handphone,
membuat komunikasinya terasa lebih mudah.Berbeda dengan Kak Awan, Rista tidak
bisa terlalu sering menghubungi keluarganya.Hanya sepucuk suratyang bisa ia
tulis untuk keluarganya dan kak Awan.Surat sarana komunikasinya.
Di
dalam suratnya, ia menuliskan semua kata rindunya kepada kedua orangtuanya. Begitu
juga Rista mengirimkan surat kepada Kak Awan, Kak Awan juga sangat merindukan
Rista.
Sementara
itu, Rista akan pulang lebih awal daripada Kak Awan. Meskipun sangat senang
akan segera bertemu dengan keluarganya, masih ada satu hal yang menganjal
dihatinya yaitu Kak Awan. Ia sangat menantikan kehadirannya. Didalam suratnya
tertulis:
“Cepet
pulang ya, Rista kangen kak.”, Ujar Rista dalam pesan singkatnya.
Kak
Awan pun membalas surat Rista dan menuliskan sebuah puisi untuk Rista.
Kuterima suratmu ‘Tlah kubaca dan aku
mengerti
Betapa merindunya dirimu akan hadirnya
diriku
Didalam hari-harimu bersama lagi
Kau
tanyakan padaku kapan aku akan kembali lagi
Katamu
kau tak kuasa melawan gejolak didalam dada
Yang
membara menahan rasa pertemuan kita nanti
Saat
bersama dirimu
Semua kata rindumu
Semakin membuatku tak berdaya
Menahan rasa ingin jumpa
Percayalah padaku aku pun rindu kamu
Ku akan pulang melepas semua kerinduan
Yang terpendam
Kau
tuliskan padaku kata cinta yang manis dalam suratmu
Kau
katakana padaku saat ini kuingin hangat pelukmu
Dan
belai lembut kasihmu
Takkan
kulupa selamnya
Saat
kau ada disisiku
Semua kata rindumu
Semakin membuatku tak berdaya
Menahan rasa ingin jumpa
Percayalah padaku aku pun rindu kamu
Ku akan pulang melepas semua kerinduan
Yang terpendam
Jangan
katakana cinta
Menambah
beban rasa
Sudah
simpan saja sedihmu itu
Ku akan datang……
Isi
puisi tersebut sangat membekas di hati Rista.Ia berharap waktu pertemuannya
dengan Kak Awan segera datang. Maka tak ada lagi jarak yang memisahkan mereka
berdua.